Peleburan dan Pemurnian Bijih Nikel yang Ramah Lingkungan
Nikel primer diproduksi dari dua bijih
yang sangat berbeda, laterit dan sulfidik. Bijih laterit biasanya ditemukan di
daerah beriklim tropis. Bijih sulfidik, sering ditemukan bersama bijih tembaga
yang ditambang dari bawah tanah.
Pemrosesan Bijih Laterit
Bijih laterit memiliki persentase
kelembaban yang tinggi yang harus dihilangkan. Pengeringan pada tanur (furnace) menghilangkan kelembaban yang
juga mengurangi oksida nikel. Bijih laterit tidak memiliki nilai bahan bakar
yang signifikan, dan tanur listrik dibutuhkan untuk memperoleh suhu tinggi
untuk mengakomodasi kandungan magnesium yang tinggi pada bijih. Beberapa
smelter laterit menambahkan sulfur ke dalam tanur untuk memproduksi matte yang
akan diproses. Kebanyakan pemroses nikel laterit menjalankan tanur untuk
menurunkan kadar besi secukupnya untuk menghasilkan produk ferronikel. Proses
hidrometalurgi dengan leach ammonia
atau asam sulfat juga digunakan. Leach
amonia biasanya diterapkan terhadap bijih setelah reduction roast.
Pemrosesan Bijih Sulfidik
Flash smelting
merupakan proses yang paling umum dalam teknologi modern, tetapi electric smelting digunakan untuk bahan
baku yang lebih kompleks yang membutuhkan peningkatan fleksibilitas. Kedua proses
digunakan untuk mengeringkan konsentrat. Electric
smelting membutuhkan roasting
sebelum peleburan untuk menguangi kandungan sulfur dan bahan yang mudah
menguap. Proses peleburan nikel yang lama, seperti blast atau reverberatory
furnace, tidak digunakan lagi karena efisiensi energinya rendah dan masalah
lingkungan.
Dalam
flash smelting, bijih sulfida kering
yang mengandung kurang dari 1 % air diumpankan ke dalam tanur dan terus
dipanaskan dengan udara, udara kaya oksigen (30–40 % oksigen), atau oksigen
murni. Besi dan sulfur teroksidasi. Panas yang dihasilkan dari reaksi
eksotermik cukup untuk melebur konsentrat, menghasilkan matte cair (s.d. 45 %
nikel) dan terak cair. Furnace matte
masih mengandung besi dan sulfur yang kemudian dioksidasi pada tahapan converting menjadi sulfur dioksida dan
besi oksida dengan menyuntikkan udara atau oksigen ke dalam molten bath. Oksida dari terak di-skim off. Terak diproses di dalam sebuah
tanur listrik terlebih dahulu sebelum di-recovery.
Gas pada proses didinginkan, dan partikulat kemudian dihilangkan dengan
perangkat pembersih gas.
Pemurnian Nikel
Berbagai
proses digunakan untuk memurnikan matte nikel. Fluid bed roasting dan reduksi klorin-hidrogen menghasilkan nikel
oksida high-grade (lebih dari 95 %
nikel). Proses uap seperti proses karbonil dapat digunakan untuk memproduksi
pellet nikel dengan kemurnian tinggi. Dalam proses ini, tembaga dan logam-logam
berharga menjadi residu piroforik yang membutuhkan penanganan terpisah.
Penggunaan sel listrik yang dilengkapai dengan katoda inert merupakan teknologi
yang paling umum untuk pemurnian nikel. Electrowinning
merupakan proses yang paling umum.
Karakteristik Limbah
Emisi Udara
Sulfur dioksida (SO2) merupakan
polutan utama yang dihasilkan dalam proses roasting, smelting, dan converting bijih sulfida. (Konsentrat nikel sulfida mengandung 6–20
% nikel dan belerang s.d 30 %.) SO2 yang dikeluarkan dapat mencapai
4 metrik ton (t) sulfur dioksida per metrik ton nikel yang diproduksi sebelum
dilakukan kontrol. Reverberatory furnace
dan electric furnace menghasilkan SO2
dengan konsentrasi 0.5–2.0 %, sedangkan flash
furnace menghasilkan SO2 dengan konsentrasi lebih dari 10 %.
Produksi polutan ini memberikan keuntungan untuk konversi sulfur dioksida
menjadi asam sulfat. Beban emisi untuk berbagai tahapan proses adalah 2.0–5.0
kilogram per metrik ton (kg/t) untuk multiple
hearth roaster; 0.5–2.0 kg/t untuk fluid
bed roaster; 0.2–1.0 kg/t untuk electric
furnace; 1.0–2.0 kg/t untuk Pierce-Smith
converter; dan 0.4 kg/t untuk hulu pengering flash furnace. Amonia dan hidrogen sulfida merupakan polutan pada
proses ammonia leac; emisi hidrogen
sulfida dihasilkan pada proses acid
leachin. Nickel carbonil dengan kadar racun tinggi merupakan kontaminan pada proses carbonyl refining.
Limbah Cair
Proses pirometalurgi untuk memproses
bijih sulfidik biasanya kering, dan limbah yang dihasilkan tidak begitu
penting, walaupun demikian wet
electrostatic precipitator (ESP) sering digunakan untuk penanganan gas, dan
air limbah yang dihasilkan dapat mengandung konsentrasi logam yang tinggi. Air
dalam jumlah besar digunakan untuk granulasi terak, sebagian besar air ini
harus didaur ulang.
Limbah Padat dan Lumpur
Smelter menghasilkan terak padat yaitu
silikat.
Pencegahan dan Pengontrolan Polusi
Emisi sulfur dioksida dapat dikontrol
dengan :
•
Di-recovery menjadi asam sulfat
•
Di-recovery menjadi sulfur dioksida
cair
•
Di-recovery menjadi unsur belerang,
menggunakan reduktor seperti hidrokarbon, karbon, atau hidrogen sulfida
Gas nikel karbonil beracun biasanya
tidak dikeluarkan dari proses refining
karena gas ini rusak/ terdekomposisi di decomposer
tower.
Air pendingin harus disirkulasi ulang,
stormwater dikumpulkan dan digunakan
dalam proses. Air yang digunakan untuk proses granulasi terak harus didaur
ulang. Sebisa mungkin, semua limbah proses harus dikembalikan ke proses.
Teknologi Penanganan Emisi dan Limbah
Pengeluaran emisi yang terjadi selama
proses drying, screening, roasting, smelting, dan converting dikontrol dengan menggunakan siklon yang diikuti oleh wet scrubber, ESP, atau bag filter.
Limbah cair digunakan sebagai slurry tailing di dalam kolam tailing,
yang bertindak sebagai reservoir untuk penyimpanan dan proses daur ulang air
bersih. Limbah padat dari bijih nikel sulfida sering mengandung logam lain
seperti tembaga dan logam mulia, proses lebih lanjut harus dilakukan untuk me-recovery logam-logam ini. Terak dapat
digunakan sebagai bahan konstruksi setelah recovery
nikel.
Pabrik modern menggunakan praktik
industrial yang baik dapat mencapai beban polusi berikut ; pabrik dengan kontak
ganda, penyerapan ganda dengan pengeluarkan emisi tidak lebih dari 0.2 kg
sulfur dioksida per metrik ton produksi asam sulfat (berdasarkan efisiensi
konversi 99.7 %).
Panduan Emisi (Berdasarkan Pollution Prevention and Abatement
Handbook World Bank Group, Juli 1998)
Berikut ini adalah pedoman emisi untuk
pabrik pengolahan nikel. Semua tingkatan maksimum harus dicapai
sekurang-kurangnya 95 % dari waktu pabrik atau unit beroperasi, ini akan
dikalkulasikan sebagai proporsi jam operasi tahunan.
Emisi Udara
Tingkat emisi udara yang disajikan
pada tabel berikut harus dicapai.
Tabel
Emisi Udara dari Peleburan Nikel
(milligram per normal meter kubik,
kecuali dinyatakan khusus)
Parameter
|
Nilai maksimum
|
PM
Nikel
Sulfur dioksida
|
20
1
2 kg/t asam sulfat
|
Limbah Cair
Tingkat emisi limbah yang disajikan
pada tabel berikut harus dicapai.
Tabel
Limbah dari Peleburan Nikel
(milligram per liter, kecuali untuk
pH)
Parameter
|
Nilai maksimum
|
pH
TSS
Nikel
Besi
Logam total
|
6-9
50
0.5
3.5
10
|
Tingkat Kebisingan
Tingkat kebisingan yang harus dicapai
adalah seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini, atau paling tinggi 3 dB
di atasnya. Pengukuran dilakukan pada reseptor kebisingan di luar lokasi
proyek/pabrik.
Nilai maksimum yang diijinkan (per jam pengukuran) dalam
dB
|
||
Reseptor
|
Siang (07.00-22.00)
|
Malam (22.00-07.00)
|
Pemukiman,
institusi, pendidikan
|
55
|
45
|
Industri, komersial
|
70
|
70
|
0 komentar:
Posting Komentar