Kamis, 04 Juli 2013

Pengantar Mata Kuliah Perpetaan
Oleh : Ir. H. I Made Darma,. MT

 
 
1.1  Pengertian Ilmu Ukur Tanah
Ilmu   Ukur  Tanah   adalah  ilmu  yang  mempelajari   seluk  beluk   kegiatan pengukuran di permukaan bumi.
Kegiatan pengukuran dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung kepada kebutuhan dan tingkat ketelitian yang diinginkan.
Untuk pengukuran rencana bangunan cukup hanya dilakukan dengan meteran, begitu juga dengan pembuatan tanggul. Sedang untuk pembuatan peta topografi dan situasi digunakan alat optik yang lebih dikenal dengan nama pesawat ukur.

1.2  Jenis Pesawat Ukur
Ada 2 jenis pesawat ukur yang dikelompokkan berdasarkan kegunaannya
yaitu :
1.   Sifat ukur datar (Water Pass), dan
2.   Theodolit.
Sifat datar (Water Pass) adalah jenis pesawat ukur yang digunakan untuk mencari / menentukan beda tinggi atau ketinggian suatu tempat di permukaan bumi.
Alat ini umumnya digunakan untuk pengukuran di daerah yang relatif datar, misalnya pengukuran jalan raya, perencanaan pembuatan irigasi, atau pengairan dan sebagainya.
Sedangkan Theodolit merupakan pesawat ukur yang digunakandisamping untuk menentukan beda tinggi juga untuk menentukan arah guna pembuatan peta.
Alat ini digunakan untuk pengukuran di daerah yang relatif sedang hingga terjal, misalnya : pada pembuatan peta topographi dan situasi. Berdasarkan ketelitiannya alat ukur theodolit dapat dibedakan yakni :  T.O,  T.l, T.2 , dan T.3.
T  adalah singkatan dari  theodolit,  sedangkan  angka indeks 0, 1, 2  dan 3 menunjukkan ketelitian pesawat ukur tersebut. Semakin tinggi angka indeks, semakin tinggi pula nilai ketelitian bacaan, baik sudut mendatar maupun sudut miring.

*           THEODOLIT
Pengukuran  dengan  alat theodolit dilakukan  untuk  mendapatkan  bayangan keadaan lapangan dengan cara menentukan tempat titik-titik diatas pernukaan bumi .
Untuk mendapatkan hubungan  antara dua titik, baik hubungan horizontal (mendatar) maupun hubungan tegak (vertikal) diperlukan sudut-sudut yang harus diukur dilapangan.
Untuk hubungan mendatar diperlukan sudut mendatar dan untuk hubungan tegak diperlukan sudut vertikal pula. Sudut mendatar diukur lingkaran yang terletak mendatar dan sudut vertikal diukur pada lingkaran yang tegak lurus. Sudut mendatar dan sudut vertikal diukur dengan alat ukur sudut yang dikenal dengan nama theodolit.
1  Bagian-bagian Alat Ukur
Ø  Teropong, terdiri dari lensa obydctif, okuler dan lensa diafragma
Ø  Nivo kotak dan nivo tabung
Ø  Visir
Ø  Sekrup pengatur terdiri dari sekrup pengatur datar. sekrup geser horisontal, sekrup geser vertikal, sekrup penguat dan pengunci horisontal sebanyak dua buah berfungsi untuk mengunci lingkaran horisontal dan sekrup pengunci vertikal.

Ø  Alat pembidik unting-unting
Ø  Nonius, berfungsi sebagai alat bantu untuk membaca lingkaran horizontal dan lingkaran vertical.
Ø  Cermin, berfungsi untuk memantulkan cahaya sinar matahari ke dalam instrumen sehingga pemabacaan sudut horisontal dan vertikal terlihat lebihjelas.
Ø  Alat-alat bantu lainnya adalah statif., unting-unting, patok, rol, meter bak ukur (rambu) dan payung.

2.  Pengaturan alat ukur Theodolit
Ø  Letakkan Statif (kaki tiga) di atas patok, usahakan lempengan logam dalam keadaan datar, kaki statif diatur sesuai dengan tinggi si pengukur / praktikan.
Ø  Pasanglah alat Theodolit di atas statif, usahakan unting-unting membentuk garis lurus pad a patok.
Ø  Levelkan alat theodolit (palt bagian bawah) dengan bantuan nivo kotak dan nivo tabung, dengan menggunakan tiga buah sekrup penyetel, tempatkan gelembung di tengah-tengah nivo kotak dan nivo tabung.
Ø  Ukurlah  tinggi  alat  dengan  menggunakan  rol  meter  dan  catat  pada  tabel.

3 Pengukuran Dengan Alat Theodolit
Ø  Arahkan teropong pada patok belakang, lalu lakukanlah pengukuran dalam keadaan  biasa  (nonius   berada  disebelah   kanan   lensa  okuler), untuk memudahkan perhitungan usahakan pembacaan benang silang tengah sama dengan tinggi alat, lalu baca benang atas dan benang bawah.
Ø  Kemudian kunci dan baca sudut horisontal dan sudut vertikal melalui nonius,
Ø  Putarlah teropong searah jarura jam, kemudian balik hingga kembali teropong menghadap pada patok yang telah dibidik  sebelumnya, lakukanlah pembacaan sudut horisontai dalam keadaan biasa.
Ø  Tempatkan bak ukur/rambu pada titik yang dianggap mewakili untuk pengukuran detail, bacalah benang atas, tengah dan bawah (lihat gambar).
Ø  Bidiklah / arahkan teropong ke patok muka, dalam keadaan biasa dan luar biasa, demikian selanjutnya dilakukan pengukuran pada titik patok berikutnya secara berurutan seperti yang telah disebutkan di atas.

4   Pengolahan Data Hasii Pengukuran
Ø  Jarak Datar (d), dapat diperoleh dengan menggunakan rumus seperti pada halaman berikut:
D = (BA-BB) x 100 sin2 Z
Dimana       :    D          = Jarak datar
                        BA        = Benang atas
                        BB        =      Benang bawah
                         Z          =  Zenit/'sudut vertical
Pembacaan sudut Hr. P1- P2 = 162° 40' 30" (FS)
Sudut lurus P0P1P2  =  bacaan ke muka (FS) - bacaan kesudut belakang (BS)
Sudut lurus P0P1P2  =  162° 40' 30" - 085° 20' 15 "
Sudut lurus P1P2 (azimuth)
=  SJ. P0-P1 + SL. P0P1P2 -180°

(45°+ 180°) + 77° 20' 15" -180

=  121°20'15"
Ø  Selisih koordinat ( Ax  dan  Ay )
 = d sin a
 = d cos a
 = selisih absis
 = selisih ordinat
d   = jarak horisontal
a    = sudut jurusan (azimuth)
Ø  Beda tinggi (&H)
    = (BA-BB) x 100 x cos Z + TA-BT
dimana :        =          beda tinggi
TA  =          tinggi alat theodolit
BT  =          benangtengah
         Ketinggian  =         ketinggian titik + beda tinggi

5 .        Koreksi
Ø  Koreksi sudut
Sebelum menghitung sudut jurusan, terlebih dahulu dilakukan koreksi sudut terutama pada pengukuran poligon tertutup.
Contoh polygon tertutup :

ü  Koreksi dilakukan dengan menggunakan rumus :
∑ β        = ( n + 2 ) x180° ± koreksi, dimana
β           = sudut lurus, sudut luar.
Ø Koreksi selisih koordinat pada poligon tertutup sebagai •berikut
Koreksi f(x) = ± ∑
ü  Koreksi masing-masing sisi poligon :
F’(X)  =  x f (x)

Dimana,          D          = jarak absis antara dua titik
∑ D      = jumlah jarak absis
sehingga selisih absis (Ax') terkoreksi :
x' = x ± f’ (x)

6.         Pengeplotan / Penggambaran Peta
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap pengeplotan dan penggambaran
peta antara lain :
Ø  Skala peta, tentukan skala peta terlebih dahulu sebelum memplot data.
pengukuran  di   atas  kertas  gambar.   Besamya  skala ditentukan  oleh kegunaan peta yang alcan digambar.
Ø  Letakkan titik poligon pertama sedemikian rupa, sehingga seniua titik-titik yang saudara ukur di lapangan dapat diplotkan ke bidang /' kertas gambar.
Ø  Mulailah memplot titik poligon pertama, diteruskan dengan titik polygon berikutnya hingga terbentuk poligon tertutup.
Plot titik-titik detail sekligus dengan ketinggiannya.
Ø   Tariklah garis keringgian (kontur) dengan menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama.

0 komentar:

Posting Komentar